Sabtu, 28 Maret 2015

Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu Budha di Pulau Jawa Tahun 3102 SM -1300 M

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada sekitar 1500 SM kebudayaan Indus di India diserbu oleh bangsa Arya,bangsa nomad dari Asia Tengah.Catatan terawal mereka adalah empat buku suci Weda,masa sejak 1500 SM sampai 500 M disebut Zaman Weda.Pada Zaman Weda akhir,agama suku-suku yang ditaklukan telah berkombinasi dengan tradisi Weda,membentuk agama Hindul awal.
Agama Budha adalah keyakinan yang berasal dari ajaran Siddhartha Gautama (c.560-c,482 SM ),seorang bangsawan dari India utara,masa mudanya mewah dan aman,namun sewaktu ia mencapai usia 29,Siddhartha menjelajah ke dunia luar.Pada sekitar 582 SM,sewaktu duduk dibawah pohon bodhi di desa Uruwale,ia mendadak mendapat pencerahan yang dicari-carinya, dan memahami teka-teki serta sumber penderitaan.Ia mengabdi sisa hidupnya yang panjang untuk menyebarkan ajarannya.Ia tidak mengaku sebagai seorang dewa,namun setelah kematiannya para pengikutnya membentuk agama baru untuk memujanya dan menyebarkan ajarannya.keyakinan baru ini lantas disebut agama Buddha,dari kata India”Buddha”yang berarti yang tercerahkan.
Agama Hindu Budha berasal dari India, kemudian menyebar ke Asia Timur. Asia Tenggara termasuk pulau Jawa. Jawa merupakan salah satu pulau yang ada di Nusantaran yang  letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Hindia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara masyarakat pulau Jawa dengan India, dan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke pulau Jawa.
Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu Budha ke pulau Jawa membawa perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat pulau Jawa. Pengaruh Hindu Budha tersebut mengantarkan wilayah Nusantara memasuki zaman sejarah dengan ditemukannya prasasti memakai huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Hal-hal yang baru sebagai hasil campuran antara unsur-unsur Hindu Budha dengan unsur sebelumnya dilihat dari hasil kebudayaan seperti seni bangunan Candi, Prasasti, Arca/Patung, Seni Sastra dan Tradisi Agama
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang berkaitan dengan Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu Budha di pulau Jawa, sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses masuk Agama Hindu Budha  di pulau Jawa.
2.      Bagaimana perkembangan Agama Hindu Buddha di pulau Jawa.
a.      Ruang Lingkup Pembahasan
Sesuai dengan maksud penulisan makalah ini, maka penulis membatasi diri tentang luas ruang lingkup pembahasan yang mengkhususkan diri  pada bahasan tentang “Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu Budha di Pulau Jawa Tahun 3102 SM -1300 M”.

b.      Metode Penulisan
Dalam melakukan penulisan makalah ini penulis menggunakan metode sejarah Kritis dan Metode Historis dengan melalui empat langkah tahapan yaitu :
1.      Mencari dan mengumpulkan sumber dan data sebanyak mungkin dan relevan dengan penulisan ini baik diperpustakaan maupun ditempat – tempat yang lain.
2.      Melakukan kritikan terhadap sumber dan data yang ada baik yang bersifat kritik interern maupun kritik yang bersifat ekstern.
3.      Memunculkan fakta – fakta atau mengiterprestasikan sumber dan data dari sumber – sumber yang telah penulis dapatkan.
4.      Melakukan historiografi yaitu langkah penyusunan dan penulisan kembali atas sebuah peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dalam bentuk karya tulis atau makalah ini hingga terbentuklah penulisan baru sebagaimana yang tersaji dihadapan kita ini






BAB II
PROSES MASUK AGAMA HINDU BUDHA DI PULAU JAWA
A.    Sejarah Lahirnya Agama Hindu Budha
Pada sekitar 1500 SM kebudayaan Indus di India diserbu oleh bangsa Arya,bangsa nomad dari Asia Tengah.Catatan terawal mereka adalah empat buku suci Weda,masa sejak 1500 SM sampai 500 M disebut Zaman Weda. Masyarakat Arya terbagi dalam empat kelompok/kelas besar. Yang paling tinggi adalah varna,yakni para pendeta dan cendikiawan;kemudian para pejuang;lalu petani dan saudagar;dan terakhir kelas terendah yang melayani kelas-kelas yang lebih tinggi. Pada Zaman Weda akhir, agama suku-suku yang ditaklukan telah berkombinasi dengan tradisi Weda, membentuk agama Hindul awal.
Salah satu aspek penting agama Hindu adalah “Karma”,kepercayaan bahwa manusia dipengaruhi oleh apa yang mereka lakukan di masa depan.Tiga dewa Hindu terpenting adalah Brahma sang pencipta,Wisnu sang penjaga, dan Siwa sang penghancur,yang menguasai kehidupan dan kematian. Sungai Gangga sungai utama di India,dianggap suci oleh pemeluk Hindu. Mandi dengan airnya dipercaya menyucikan seseorang dari semua dosanya.
Agama Budha adalah keyakinan yang berasal dari ajaran Siddhartha Gautama (c.560-c,482 SM ),seorang bangsawan dari India utara,masa mudanya mewah dan aman,namun sewaktu ia mencapai usia 29,Siddhartha menjelajah ke dunia luar. Dalam sehari ia bertemu seorang sakit,pengemis miskin, dan orang mati. Ini sangat memengaruhinya dan ia memutuskan untuk membuang statusnya yang kaya raya,namun tak berguna,dan mencari makna sejati kehidupan.
Pada sekitar 582 SM,sewaktu duduk dibawah pohon bodhi di desa Uruwale,ia mendadak mendapat pencerahan yang dicari-carinya, dan memahami teka-teki serta sumber penderitaan.Ia mengabdi sisa hidupnya yang panjang untuk menyebarkan ajarannya.Ia tidak mengaku sebagai seorang dewa,namun setelah kematiannya para pengikutnya membentuk agama baru untuk memujanya dan menyebarkan ajarannya.keyakinan baru ini lantas disebut agama Buddha,dari kata India”Buddha”yang berarti yang tercerahkan.

B.     Proses Masuk Agama Hindu  Budha di Pulau Jawa
Tidak diketahui secara pasti kapan agama Hindu masuk ke pulau Jawa.Agama Hindu dibawa oleh para pedagang dari India. Di antara pedagang tersebut ada yang menetap di pulau Jawa. Mereka menikah dengan penduduk setempat,pengaruh agama dan kebudayaan India semakin kuat di pulau Jawa.Bukti-buktinya sebagai berikut:
1.      Banyak penduduk yang memeluk agama Hindu setelah para pendatang dari India memperkenalkan agama Hindu
2.      Masyarakat pulau Jawa dahulu tidak mengenal system kerajaan. System pemerintahan yang ada pada waktu itu adalah pemerintahan desa yang dipimpin oleh kepala suku. Kedudukan sebagai kepala suku tidak di-wariskan secara turun-temurun. Karena pengaruh agama Hindu, sistem pemerintahan desa diganti kerajaan.
3.      Adanya hasil kebudayaan khas India seperti bangunan candi,seni pahatan patung,seni relief, dan seni sastra. Dalam bidang sastra kebudayaan India memperkenalkan budaya baca tulis dalam huruf Pallawa dan bahasa sansekerta.
Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke Jawa, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu - Budha atau kebudayaan India ke pulau Jawa. Untuk penyiaran Agama Hindu ke Jawa, terdapat beberapa pendapat/hipotesa yaitu antara lain:
Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke pulau Jawa adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke pulau Jawa, bahkan diduga mendirikan kerajaan di Jawa.
Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke pulau Jawa dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Jawa.
Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke pulau Jawa dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku  atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu.
Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut.
Disamping pendapat / hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan rakyat pulau Jawa sendiri, Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan masyarakat dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di pulau Jawa. Menurutnya penyebaran budaya India di jawa dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut:
            Pertama, proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Jawa melalui jalur dagang, sehingga di Jawa terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Jawa yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Jawa yaitu para biksu Jawa tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni  yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri masyarakat setempat.
Kedua, proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindupkan seseorang
Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Jawa. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.
Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).
Agama Budha mulai masuk ke Indonesia, khususnya di pulau Jawa,sekitar abad ke-5 M. Pada tahun 423 Biksu Gunawarman datang ke Jawa untuk menyebarluaskan ajaran Budha. Ia memperoleh perlindungan dari penguasa setempat.Usaha biksu gunawarman berjalan lancer. Agama Budha berasal dari India.Agama budha masuk ke pulau Jawa bersamaan dengan masuknya agama Hindu. Agama Hindu berkembang setelah agama Budha. Namun, persebaran agama Hindu lebih cepat dari pada persebaran agama Budha. Pusat-pusat kerajaan Budha hanya terdapat di Sumatra dan beberapa daerah di Jawa.
C.    Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha Dengan Kebudayaan Jawa
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Dengan adanya kontak dagang antara Jawa dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri. Masuknya pengaruh Hindu dan Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap didukung oleh proses perdagangan.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Budha yang masuk ke Jawa tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk jawa, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Jawa menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Jawa Hindu - Budha. Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
2. Religi/Kepercayaan                               
Sistem kepercayaan yang berkembang di Jawa sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Jawa adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Jawa, masyarakat  mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Jawa sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme.
Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Jawa, berbeda dengan agama Hindu - Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Jawa. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan     
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Jawa setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Jawa adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Jawa ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Jawa ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Jawa tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Jawa tidak demikian, karena kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
4. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M
Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit .
5. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Jawa tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Jawa hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Jawa adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Jawa sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Jawa adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar sehingga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Budha.Patung-patung Dyani Budha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Budha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.
Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Jawa stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian seni bangunan candi di Jawa memiliki kekhasan tersendiri karena hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Jawa
6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/ kisah yang berkembang di Jawa yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Jawa tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Jawa, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan, tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.
Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Jawa yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Jawa sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Jawa Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.


. Ikhtisar wujud kulturasi kebudayaan Jawa dengan India.







BAB III
PERKEMBANGAN AGAMA HINDU BUDHA DI PULAU JAWA
A.    Kerajaan – kerajaan Hindu di Pulau Jawa
Agama Hindu yang dibawa dari India berpengaruh di Jawa. Salah satu bentuknya  adalah munculnya kerajaan – kerajaan Hindu,seperti;
1.      Kerajaan Tarumanegara
            Tarumanegara adalah kerajaan hindu tertua di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri kira-kira pada abad ke 5 Masehi. Lokasi kerajaan itu sekitar Bogor, Jawa Barat. Raja yang terkenal adalah Purnawarman. Purnawarman memeluk agama Hindu yang menyembah Dewa Wisnu.Pada zaman Purnawarman, kerajaan Tarumanegarabtelah mampu membuat saluran air yang diambil dari sungai Citarum. Saluran air itu berfungsi untuk mengairi lahan pertanian dan menahan banjir.
2.      Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri terletak di sekitar Kali Berantas,Jawa timur. Kerajaan Kediri Berjaya pada pemerintahan Raja Kameswara yang bergelar Sri Maharaja Sirikan Kameswara. Kameswara meninggal pada tahun 1130. Penggatinya adalah Jayabaya. Jayabaya adalah raja terbesar Kediri, Ia begitu terkenal karena ramalannya yang disebut Jangka Jayabaya. Raja Kediri yang terakhir addalah Kertajaya yang meninggal tahun 1222, Pada tahun itu Kertajaya dikalahkan oleh Ken arok di Desa Genter,Malang.
Peninggalan – peninggalan kerajaan Kediri antara lain prasasti Panumbangan, Prasati Palah, Kitab Smaradhahana  karangan Empu Dharmaja, Kitab Hariwangsa karangan Empu Panuluh, Kitab Krinayana karangan Empu Triguna, dan Candi Panataran.
B.     Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari terletak di Singasari, Jawa Timur.Luasnya meliputi wilayah Malang sekarang. Kerajaan Sungasari didirikan oleh Ken Arok. Beliau memerintah tahun 1222-1227 M. Para penggantinya adalah Anusapati (1227-1248), Panji Tohjaya (1248), Ranggawuni (1248-1268), Kertanegara (1268-1292).
Beberapa peninggalan masa kebesaran Singasari antara Lain: Candi Jago/Jajagu,sebagai makam Wisnuwardhana.  Candi Singasari dan Candi Jawi, sebagai makam Kertanegara. Candi Kidal, sebagai makam Anusapati. Patung prajnaparamita, sebagai perwujudan Ken Dedes.

C.    Peninggalan Sejarah Hindu di Pulau Jawa
Kebudayaan Hindu di masa lampau mewariskan bermacam-macam peninggalan sejarah, Peninggalan sejarah yang bercorak kebudayaan Hindu antara lain candi, prasasti, patung, karya sastra (kitab), dan tradisi.
a.      Candi
            Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Pada candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa utama dalam ajaran Hindu. Pada dinding candi terdapat relief, yaitu gambar timbul yang biasanya dibuat dengan cara memahat. Relief mengisahkan sebuah cerita.
            Candi peninggalan Hindu yang terkenal adalah Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang. Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 di perbatasan Yogyakarta dan Surakarta. Di dalam candi ini terdapat patung Trimurti dan relief yang mengisahkan cerita Ramayana.tokoh dalam cerit Ramayana adalah Rama, Shinta, dan Burung Jatayu.
Candi – candi peninggalan agama Hindu:

No

Nama Candi

Lokasi

Pembuatan

Peninggalan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Prambanan
Dieng
Badut
Canggal
Gedong Sanga
Penataran
Sawentar
Candi Kidal
Singasari
Sukuh
Yogyakarta
Dieng, Jawa Tengah
Malang ,Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Blitar, Jawa Timur
Blitar, Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Karang Anyer,Jateng
Abad ke-7 M
Abad ke-7 M
760 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-11 M
Abad ke-12 M
Abad ke-12 M
Abad ke-12 M
Abad           M
Mataram Lama
Mataram Lama
Kanjuruhan
Mataram Lama
Mataram Lama
Kendiri
Singasari
Singasari
Singasari
Majapahit

b.      Prasasti
Prasasti adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau. Tulisan itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti peninggalan Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa sansekerta.

Daftar Prasasti-prasasti peninggalan Kebudayaan Hindu.

No

Prasasti

Lokasi Penemuan

Pembuatan

Peninggalan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Ciaruteun
Tugu
Jambu
Kebon kopi
Cidanghiang
Pasir Awi
Muara cianten
Canggal
Kalasan
Dinoyo
Kedu
Bogor, Jawa Barat
Cilincing,Jakur
Bogor, Jawa Barat
Bogor, Jawa Barat
Pandeglang
leuwingliang, Jabar
Bogor, Jawa Barat
Mangelang,Jateng
Yogyakarta
Malang, Jawa Timur
Temanggung,Jateng
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-7 M
732 M
760 M
778 M
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama

c.       Patung
Wujud patung Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat karena hewan tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat untuk mengabadikan tokoh tertentu dan untuk menggambarkan dewa-dewi. Contoh patung peninggalan kerajaan Hindu yang terkenal adalah patung Airlangga sedang menunggang garuda. Dalam patung itu, Airlangga digambarkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.



Patung-patung peninggalan kerajaan Hindu

No

Patung

Lokasi

Pembuatan

Peninggalan
1
2
3
4
5
6
7
8
Dwarapala
Wisnu Cibuaya I
Wisnu Cibuaya II
Rajasari
Airlangga
Ken Dedes
Kertanegara
Kertarajasa
Bogor, Jawa Barat
Cibuaya,Jawa Barat
Cibuaya, Jawa Barat
Jakarta
Medang kemula
Kediri,Jawa Timur
Jawa Timur
Mojekerto,Jatim
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-10 M
Abad ke-12 M
Abad ke-12 M
Abad ke-13 M
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Medang Kemulan
Kediri
Singasari
Majapahit
d.      Karya Sastra ( Kitab )
Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab.Kitab-kitab peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra peninggalan sejarah Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta pada daun lontar. Karya sastra yang terkenal antara lain Kitabb Baratayuda dan Kitab Arjunawiwaha. Kitab Baratayuda dikarang Empu sedah dan Empu Panuluh. Kitab Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan Kerajaan Kendiri dan kerajaan Jenggala. Kitab Arjuna wiwaha berisi pengalaman hidup dan keberhasilan Raja Airlangga.
Daftar kitab-kitab peninggalan sejarah Hindu di Jawa

No

Patung

Lokasi

Pembuatan

Peninggalan
1
2
3
4
5
Cerita Parahayangan
Kresnayana
Arjunawiwaha
Lubdaka
Baratayuda
Bogor, Jawa Barat
Bogor,Jawa Barat
Kahuripan,Jatim
Kediri,Jatim
Kediri,Jatim
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-10 M
Abad ke-11 M
Abad ke-11 M
Tarumanegara
Tarumanegara
Medang Kemulan
Kediri
Kediri

a.      Peninggalan Sejarah Bercorak Budha
Agama dan kebudayaan Hindu dan Budha masuk dan berkembang di wilayah tanah air dalam waktu hampir bersamaan. Ada beberapa kerajaan yang dipengaruhi baik oleh agama Hindu maupun Budha.Bahkan,ada peninggalan sejarah yang membuktikan bahwa kedua agama itu hidup secara berdampingan dalam suatu kerajaan. Kerajaan-kerajaan yang mempunyai ciri baik Hindu maupun Budha, antara lain Kerajaan Mataram Lama di Jawa Tengah dan Singasari di Jawa Timur.
Peninggalan sejarah Budha dan Hindu hampir sama,yaitu candi, Prasasti, Patung, dan Kitab.
v  Candi
Candi-candi Budha digunakan sebagai tempat pemujaan. Ciri candi Budha adalah adanya stupa dan patung sang Budha Gautama. Stupa adalah bangunan dari batu tempat menyimpan patung Sang Budha.Candi Borobudur merupakan sebuah candi peninggalan Budha yang besar dan megah.
Bentuk Candi Borobudur itu bertingkat-tngkat. Jumlahnya ada Sembilan tingkat dan di puncaknya terdapat stupa yang paling besar.Secara garis besar,bangunan Candi Borobudur terbagi menjadi tiga bagian sebagai; Bagian pertama (Kamadatu0,terdiri dari tiga tingkatan berbentuk bujursangkar. Ini merupakan bagian bawah candi yang disebut kaki candi; Bagian kedua (Rupadatu) terdiri dari tingkatan berbentuk bujursankar, yang merupakan bagian badan candi; Bagian ketiga ( Arupadatu ) terdiri dari tiga tingkatan berbentuk bundar melingkar,yang merupakan atap candi. Pada bagian ini diberi stupa induk.
Candi – candi peninggalan agama Budha.

No

Nama Candi

Lokasi

Pembuatan

Peninggalan
1
2
3
4
5
6
7
8
Sewu
Plaosan
Mendut
Borobudur
Jago
Sari
Pawon
Tikus
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Malang,Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Mojokerto,Jatim
Abad ke-7 M
Abad ke-7 M
Abad ke-7 M
770-842 M
Abad ke-12 M
Abad ke-13 M
Abad ke-13 M
Abad ke-13 M
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Singasari
Majapahit
Majapahit
Majapahit

v  Prasasti
Di Jawa juga ada prasasti bercorak budha yang menerangkan keberadaan Mataram Lama, di antaranya prasasti Balitung di kedu, Prasasti kalasan,dan prasasti Karang Tengah.

v  Patung
Patung yang bercorak Budha biasanya berupa arca Sang Budha Gautama. Arca Sang Budha Gautama pertama kali ditemukan di Sikendeng,Sulawesi selatan.Berikut ini daftar patung atau arca peninggalan sejarah Budha.

No

Nama Patung

Lokasi

Dibuat

Peninggalan
1
2
3
4
5
6
7
Patung Budha
Arca Bhumisparsa Mudra
Arca Dhyana Mudra
Arca Abhaya Mudra
Arca Vitarka Mudra
Dharmacakra Mudra
Arca Vara Mudra
Sikendeng
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Abad ke-2 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M

Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama

v  Karaya Sastra
Ada beberapa karya sastra peninggalan sejarah yang bercorak Budha. Salah satu karya sastra bercorak Budha yang terkenal adalah Kitab Sutasoma. Kitab ini dikarang oleh Mpu Tantular. Kitab Sutasoma menceritakan kisah Raden Sutasoma. Kisah ini mengajarkan pengorbanan dan belas kasih yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai kesempurnaan tertinggi. Salah satu ungkapan yang terkenal dari kitab Sutasoma adalah “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”.
Berikut ini daftar karya sastra atau kitab-kitab peninggalan sejarah yang bercorak Budha.

No

Kitab

Lokasi

Dibuat

Peninggalan
1
2
3
4
5
Negara Kertagama
Sutasoma
Pararaton
Ranggalawe
Arjunawiwaha
Jawa Timur
Jawa timur
Jawa timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Abad ke-13 M
Abad ke-13 M
Abad ke-13 M
Abad ke-13 M
Abad ke-13 M
Majapahit
Majapahit
Majapahit
Majapahit
Majapahit



BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpula
Agama Hindu Budha berasal dari India, kemudian menyebar ke Asia Timur. Asia Tenggara termasuk pulau Jawa. Proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Jawa melalui jalur dagang. Proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Khususnya di pulau Jawa,sekitar abad ke-5 M. Pada tahun 423 Biksu Gunawarman datang ke Jawa untuk menyebarluaskan ajaran Budha
Hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Jawa. Beberapa hipotesis  menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan. Dengan adanya kontak dagang antara Jawa dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri.
Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu Budha ke pulau Jawa membawa perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat pulau Jawa. Pengaruh Hindu Budha tersebut mengantarkan wilayah Nusantara memasuki zaman sejarah dengan ditemukannya prasasti memakai huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Hal-hal yang baru sebagai hasil campuran antara unsur-unsur Hindu Budha dengan unsur sebelumnya dilihat dari hasil kebudayaan seperti seni bangunan Candi, Prasasti, Arca/Patung, Seni Sastra dan Tradisi Agama.
Sistem kepercayaan yang berkembang di Jawa sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Jawa adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Jawa, masyarakat  mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Jawa sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme.
Masyarakat pulau Jawa dahulu tidak mengenal system kerajaan. System pemerintahan yang ada pada waktu itu adalah pemerintahan desa yang dipimpin oleh kepala suku. Kedudukan sebagai kepala suku tidak di-wariskan secara turun-temurun. Karena pengaruh agama Hindu, sistem pemerintahan desa diganti kerajaan.

DAFTAR PUSTAKA
Simon Adams.Edisi Revisi 2007.Sejarah Dunia Dari Mesir Kuno Hingga Tsunami Asia.Penerbi Erlangga.
 Endang Susilaningsih,Linda S,Limbong.Tahun 2008.ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 5. Penerbit Aneka Ilmu.
Mastur,Widiarso Wiyono,Slamet,.Tahun 2007.ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 5. Semarang.Penerbit Aneka Ilmu.
Sartono Kartodirdjo. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Penerbit : PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Amrin Imran.Saleh A.Djamhari. 1998. Sejarah Nasional dan Umum. Dicetak oleh : PT.Balai Pustaka ( Persero)


Internet:

1 komentar:

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Tshirt Dakwah Quote

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Punya Pasangan Sempurna Nggak Indah Kelihatannya

    BalasHapus