BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada sekitar 1500 SM
kebudayaan Indus di India diserbu oleh bangsa Arya,bangsa nomad dari Asia
Tengah.Catatan terawal mereka adalah empat buku suci Weda,masa sejak 1500 SM
sampai 500 M disebut Zaman Weda.Pada Zaman Weda akhir,agama suku-suku yang
ditaklukan telah berkombinasi dengan tradisi Weda,membentuk agama Hindul awal.
Agama Budha adalah
keyakinan yang berasal dari ajaran Siddhartha Gautama (c.560-c,482 SM ),seorang
bangsawan dari India utara,masa mudanya mewah dan aman,namun sewaktu ia
mencapai usia 29,Siddhartha menjelajah ke dunia luar.Pada sekitar 582
SM,sewaktu duduk dibawah pohon bodhi di desa Uruwale,ia mendadak mendapat
pencerahan yang dicari-carinya, dan memahami teka-teki serta sumber
penderitaan.Ia mengabdi sisa hidupnya yang panjang untuk menyebarkan
ajarannya.Ia tidak mengaku sebagai seorang dewa,namun setelah kematiannya para
pengikutnya membentuk agama baru untuk memujanya dan menyebarkan
ajarannya.keyakinan baru ini lantas disebut agama Buddha,dari kata India”Buddha”yang
berarti yang tercerahkan.
Agama Hindu Budha berasal dari India, kemudian
menyebar ke Asia Timur. Asia Tenggara termasuk pulau Jawa. Jawa merupakan salah
satu pulau yang ada di Nusantaran yang
letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan
Australia) dan dua samudra (Hindia dan Pasifik) yang merupakan daerah
persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan
antara masyarakat pulau Jawa dengan India, dan Cina. Hal inilah yang menjadi
salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke pulau Jawa.
Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu Budha
ke pulau Jawa membawa perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat pulau Jawa. Pengaruh
Hindu Budha tersebut mengantarkan wilayah Nusantara memasuki zaman sejarah
dengan ditemukannya prasasti memakai huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Hal-hal
yang baru sebagai hasil campuran antara unsur-unsur Hindu Budha dengan unsur
sebelumnya dilihat dari hasil kebudayaan seperti seni bangunan Candi, Prasasti,
Arca/Patung, Seni Sastra dan Tradisi Agama
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yang berkaitan dengan Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu
Budha di pulau Jawa, sebagai berikut
:
1. Bagaimana proses masuk Agama Hindu
Budha di pulau Jawa.
2. Bagaimana perkembangan Agama Hindu Buddha
di pulau Jawa.
a.
Ruang
Lingkup Pembahasan
Sesuai
dengan maksud penulisan makalah ini, maka penulis membatasi diri tentang luas
ruang lingkup pembahasan yang mengkhususkan diri pada bahasan tentang “Proses Masuk dan
Berkembangnya Agama Hindu Budha di Pulau Jawa Tahun 3102 SM -1300 M”.
b. Metode Penulisan
Dalam
melakukan penulisan makalah ini penulis menggunakan metode sejarah Kritis dan
Metode Historis dengan melalui empat langkah tahapan yaitu :
1.
Mencari dan mengumpulkan sumber dan data sebanyak
mungkin dan relevan dengan penulisan ini baik diperpustakaan maupun ditempat –
tempat yang lain.
2.
Melakukan kritikan terhadap sumber dan data yang ada
baik yang bersifat kritik interern maupun kritik yang bersifat ekstern.
3.
Memunculkan fakta – fakta atau mengiterprestasikan
sumber dan data dari sumber – sumber yang telah penulis dapatkan.
4.
Melakukan historiografi yaitu langkah penyusunan dan
penulisan kembali atas sebuah peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dalam
bentuk karya tulis atau makalah ini hingga terbentuklah penulisan baru
sebagaimana yang tersaji dihadapan kita ini
BAB II
PROSES MASUK AGAMA
HINDU BUDHA DI PULAU JAWA
A. Sejarah Lahirnya Agama Hindu Budha
Pada
sekitar 1500 SM kebudayaan Indus di India diserbu oleh bangsa Arya,bangsa nomad
dari Asia Tengah.Catatan terawal mereka adalah empat buku suci Weda,masa sejak
1500 SM sampai 500 M disebut Zaman Weda. Masyarakat Arya terbagi dalam empat
kelompok/kelas besar. Yang paling tinggi adalah varna,yakni para pendeta dan
cendikiawan;kemudian para pejuang;lalu petani dan saudagar;dan terakhir kelas
terendah yang melayani kelas-kelas yang lebih tinggi. Pada Zaman Weda akhir, agama
suku-suku yang ditaklukan telah berkombinasi dengan tradisi Weda, membentuk
agama Hindul awal.
Salah
satu aspek penting agama Hindu adalah “Karma”,kepercayaan bahwa manusia
dipengaruhi oleh apa yang mereka lakukan di masa depan.Tiga dewa Hindu
terpenting adalah Brahma sang pencipta,Wisnu sang penjaga, dan Siwa sang
penghancur,yang menguasai kehidupan dan kematian. Sungai Gangga sungai utama di
India,dianggap suci oleh pemeluk Hindu. Mandi dengan airnya dipercaya
menyucikan seseorang dari semua dosanya.
Agama
Budha adalah keyakinan yang berasal dari ajaran Siddhartha Gautama (c.560-c,482
SM ),seorang bangsawan dari India utara,masa mudanya mewah dan aman,namun
sewaktu ia mencapai usia 29,Siddhartha menjelajah ke dunia luar. Dalam sehari
ia bertemu seorang sakit,pengemis miskin, dan orang mati. Ini sangat
memengaruhinya dan ia memutuskan untuk membuang statusnya yang kaya raya,namun
tak berguna,dan mencari makna sejati kehidupan.
Pada
sekitar 582 SM,sewaktu duduk dibawah pohon bodhi di desa Uruwale,ia mendadak
mendapat pencerahan yang dicari-carinya, dan memahami teka-teki serta sumber
penderitaan.Ia mengabdi sisa hidupnya yang panjang untuk menyebarkan
ajarannya.Ia tidak mengaku sebagai seorang dewa,namun setelah kematiannya para
pengikutnya membentuk agama baru untuk memujanya dan menyebarkan
ajarannya.keyakinan baru ini lantas disebut agama Buddha,dari kata India”Buddha”yang
berarti yang tercerahkan.
B. Proses Masuk Agama Hindu Budha di Pulau Jawa
Tidak
diketahui secara pasti kapan agama Hindu masuk ke pulau Jawa.Agama Hindu dibawa
oleh para pedagang dari India. Di antara pedagang tersebut ada yang menetap di
pulau Jawa. Mereka menikah dengan penduduk setempat,pengaruh agama dan
kebudayaan India semakin kuat di pulau Jawa.Bukti-buktinya sebagai berikut:
1.
Banyak penduduk yang memeluk agama Hindu setelah para
pendatang dari India memperkenalkan agama Hindu
2.
Masyarakat pulau Jawa dahulu tidak mengenal system
kerajaan. System pemerintahan yang ada pada waktu itu adalah pemerintahan desa
yang dipimpin oleh kepala suku. Kedudukan sebagai kepala suku tidak di-wariskan
secara turun-temurun. Karena pengaruh agama Hindu, sistem pemerintahan desa
diganti kerajaan.
3.
Adanya hasil kebudayaan khas India seperti bangunan
candi,seni pahatan patung,seni relief, dan seni sastra. Dalam bidang sastra
kebudayaan India memperkenalkan budaya baca tulis dalam huruf Pallawa dan
bahasa sansekerta.
Mengenai siapa yang membawa atau
menyebarkan agama Hindu - Budha ke Jawa, tidak dapat diketahui secara pasti,
walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama
Hindu - Budha atau kebudayaan India ke pulau Jawa. Untuk penyiaran Agama Hindu
ke Jawa, terdapat beberapa pendapat/hipotesa yaitu antara lain:
Hipotesis Ksatria, diutarakan
oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke pulau
Jawa adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena adanya kekacauan
politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang kalah perang
terdesak dan menyingkir ke pulau Jawa, bahkan diduga mendirikan kerajaan di
Jawa.
Hipotesis Waisya, diutarakan
oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke pulau Jawa dibawa oleh
kaum pedagang yang datang untuk berdagang, bahkan diduga ada yang menetap
karena menikah dengan orang Jawa.
Hipotesis Brahmana, diutarakan
oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke pulau Jawa dibawa oleh
kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan
mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena
undangan Penguasa/Kepala Suku atau
sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu.
Pada dasarnya ketiga teori
tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan waisya tidak
mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra
tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun
menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh
menyebrangi laut.
Disamping pendapat / hipotesa
tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan rakyat
pulau Jawa sendiri, Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh.
Hipotesis ini menekankan peranan masyarakat dalam proses penyebaran kebudayaan
Hindu dan Budha di pulau Jawa. Menurutnya penyebaran budaya India di jawa
dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam
penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap
yaitu sebagai berikut:
Pertama,
proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang
menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Jawa melalui jalur dagang, sehingga di
Jawa terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Jawa yang sudah
menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India
mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan
mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya India,
tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Jawa yaitu para biksu Jawa
tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni yang sudah mendapat pengaruh India masih
menunjukan ciri-ciri masyarakat setempat.
Kedua, proses penyebaran kedua
dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut
aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus
mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi
Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat
melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindupkan seseorang
Jadi hubungan dagang telah menyebabkan
terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Jawa. Beberapa hipotesis
di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses
tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.
Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar
agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi
agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca
Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain
Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat
ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari
abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam
Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).
Agama Budha
mulai masuk ke Indonesia, khususnya di pulau Jawa,sekitar abad ke-5 M. Pada
tahun 423 Biksu Gunawarman datang ke Jawa untuk menyebarluaskan ajaran Budha. Ia
memperoleh perlindungan dari penguasa setempat.Usaha biksu gunawarman berjalan lancer.
Agama Budha berasal dari India.Agama budha masuk ke pulau Jawa bersamaan dengan
masuknya agama Hindu. Agama Hindu berkembang setelah agama Budha. Namun,
persebaran agama Hindu lebih cepat dari pada persebaran agama Budha.
Pusat-pusat kerajaan Budha hanya terdapat di Sumatra dan beberapa daerah di
Jawa.
C. Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha Dengan Kebudayaan Jawa
Akulturasi adalah fenomena
yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai
kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan
terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang
original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
Dari definisi di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya
dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru
tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Dengan adanya
kontak dagang antara Jawa dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya
atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak
melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri. Masuknya pengaruh Hindu dan Budha
merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap didukung oleh proses
perdagangan.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Budha
yang masuk ke Jawa tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah
dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk jawa, sehingga budaya
tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Jawa menjadi bentuk akulturasi kebudayaan
Jawa Hindu - Budha. Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian
materi unsur-unsur budaya berikut ini:
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang
bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda
temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan
bahasa Indonesia.Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan
pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 -
7 M, contohnya prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Untuk aksara, dapat
dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf
Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan
melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
2. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang
berkembang di Jawa sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Jawa adalah kepercayaan
yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.Dengan masuknya agama Hindu -
Budha ke Jawa, masyarakat mulai
menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Jawa sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan
dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme.
Sinkritisme adalah bagian dari
proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi
satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Jawa, berbeda dengan
agama Hindu - Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan
tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau
Budha yang ada di Jawa. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat
Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang
organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu
sistem pemerintahan yang berkembang di Jawa setelah masuknya pengaruh India. Dengan
adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang
berkembang di Jawa adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja
secara turun temurun. Raja di Jawa ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap
keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari
seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit
diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Jawa ada
yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang
menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila
raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan
Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping
terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan,
yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut
kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria
(golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta
Sudra (golongan rakyat jelata).Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai
oleh umat Hindu Jawa tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di
India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan,
sedangkan di Jawa tidak demikian, karena kasta hanya diterapkan untuk upacara
keagamaan.
4. Sistem
Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang
pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun
saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama
dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun
sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M
Di samping adanya pengetahuan
tentang kalender Saka, juga
ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala.
Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai
angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau
Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat
Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning =
4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun
1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit .
5. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi
dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni
bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan
candi-candi di Jawa tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena
candi di Jawa hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar
teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan
yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk
dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan
candi di Jawa adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu
peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan
candi itu sendiri di Jawa sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan
candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau
dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah
wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu, dalam bahasa
kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang
dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai
macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi
Hindu di Jawa adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan
dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang
jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan
terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares
merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar sehingga
merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu
peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang
paling atas terdapat patung Dyani Budha.Patung-patung Dyani Budha inilah yang
menjadi tempat pemujaan umat Budha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga
terdapat atap candi yang berbentuk stupa.
Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan
di Jawa stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha.
Dengan demikian seni bangunan candi di Jawa memiliki kekhasan tersendiri karena
hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya
dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Jawa
6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni
rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud
akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar
timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang
berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan
dengan adanya suatu ceritera/ kisah yang berkembang di Jawa yang bersumber dari
kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh
Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi
setelah berkembang di Jawa tidak sama proses seperti aslinya dari India karena
sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Jawa, ke dalam bahasa Jawa kuno.
Dan, tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh
punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah
Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar
Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri
melawan Jenggala.
Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata
diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Jawa yaitu salah
satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu
kebudayaan asli Jawa sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut
sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam
pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah
Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama
persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut
antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya
dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah
seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam
lakon di Jawa Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.

BAB III
PERKEMBANGAN AGAMA
HINDU BUDHA DI PULAU JAWA
A.
Kerajaan –
kerajaan Hindu di Pulau Jawa
Agama Hindu yang dibawa dari India berpengaruh di
Jawa. Salah satu bentuknya adalah
munculnya kerajaan – kerajaan Hindu,seperti;
1. Kerajaan Tarumanegara
Tarumanegara
adalah kerajaan hindu tertua di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri kira-kira pada
abad ke 5 Masehi. Lokasi kerajaan itu sekitar Bogor, Jawa Barat. Raja yang
terkenal adalah Purnawarman.
Purnawarman memeluk agama Hindu yang menyembah Dewa Wisnu.Pada zaman
Purnawarman, kerajaan Tarumanegarabtelah mampu membuat saluran air yang diambil
dari sungai Citarum. Saluran air itu berfungsi untuk mengairi lahan pertanian
dan menahan banjir.
2.
Kerajaan
Kediri
Kerajaan
Kediri terletak di sekitar Kali Berantas,Jawa timur. Kerajaan Kediri Berjaya
pada pemerintahan Raja Kameswara yang bergelar Sri Maharaja Sirikan Kameswara.
Kameswara meninggal pada tahun 1130. Penggatinya adalah Jayabaya. Jayabaya
adalah raja terbesar Kediri, Ia begitu terkenal karena ramalannya yang disebut
Jangka Jayabaya. Raja Kediri yang terakhir addalah Kertajaya yang meninggal
tahun 1222, Pada tahun itu Kertajaya dikalahkan oleh Ken arok di Desa
Genter,Malang.
Peninggalan
– peninggalan kerajaan Kediri antara lain prasasti Panumbangan, Prasati Palah,
Kitab Smaradhahana karangan Empu Dharmaja,
Kitab Hariwangsa karangan Empu Panuluh, Kitab Krinayana karangan Empu Triguna,
dan Candi Panataran.
B. Kerajaan Singasari
Kerajaan
Singasari terletak di Singasari, Jawa Timur.Luasnya meliputi wilayah Malang
sekarang. Kerajaan Sungasari didirikan oleh Ken Arok. Beliau memerintah tahun
1222-1227 M. Para penggantinya adalah Anusapati (1227-1248), Panji Tohjaya
(1248), Ranggawuni (1248-1268), Kertanegara (1268-1292).
Beberapa
peninggalan masa kebesaran Singasari antara Lain: Candi Jago/Jajagu,sebagai
makam Wisnuwardhana. Candi Singasari dan
Candi Jawi, sebagai makam Kertanegara. Candi Kidal, sebagai makam Anusapati.
Patung prajnaparamita, sebagai perwujudan Ken Dedes.
C.
Peninggalan
Sejarah Hindu di Pulau Jawa
Kebudayaan Hindu di masa lampau mewariskan bermacam-macam
peninggalan sejarah, Peninggalan sejarah yang bercorak kebudayaan Hindu antara
lain candi, prasasti, patung, karya sastra (kitab), dan tradisi.
a. Candi
Candi
adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan
atap. Pada candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa utama dalam
ajaran Hindu. Pada dinding candi terdapat relief, yaitu gambar timbul yang
biasanya dibuat dengan cara memahat. Relief mengisahkan sebuah cerita.
Candi peninggalan Hindu yang
terkenal adalah Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang. Candi Prambanan
dibangun pada abad ke-9 di perbatasan Yogyakarta dan Surakarta. Di dalam candi
ini terdapat patung Trimurti dan relief yang mengisahkan cerita Ramayana.tokoh
dalam cerit Ramayana adalah Rama, Shinta, dan Burung Jatayu.
Candi – candi peninggalan agama Hindu:
No
|
Nama Candi
|
Lokasi
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Prambanan
Dieng
Badut
Canggal
Gedong
Sanga
Penataran
Sawentar
Candi
Kidal
Singasari
Sukuh
|
Yogyakarta
Dieng,
Jawa Tengah
Malang
,Jawa Timur
Jawa
Tengah
Jawa
Tengah
Blitar,
Jawa Timur
Blitar,
Jawa Timur
Jawa
Timur
Jawa
Timur
Karang
Anyer,Jateng
|
Abad
ke-7 M
Abad
ke-7 M
760
M
Abad
ke-8 M
Abad
ke-8 M
Abad
ke-11 M
Abad
ke-12 M
Abad
ke-12 M
Abad
ke-12 M
Abad M
|
Mataram
Lama
Mataram
Lama
Kanjuruhan
Mataram
Lama
Mataram
Lama
Kendiri
Singasari
Singasari
Singasari
Majapahit
|
b.
Prasasti
Prasasti
adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau. Tulisan
itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti
peninggalan Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa sansekerta.
Daftar
Prasasti-prasasti peninggalan Kebudayaan Hindu.
No
|
Prasasti
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
|
Ciaruteun
Tugu
Jambu
Kebon
kopi
Cidanghiang
Pasir
Awi
Muara
cianten
Canggal
Kalasan
Dinoyo
Kedu
|
Bogor,
Jawa Barat
Cilincing,Jakur
Bogor,
Jawa Barat
Bogor,
Jawa Barat
Pandeglang
leuwingliang,
Jabar
Bogor,
Jawa Barat
Mangelang,Jateng
Yogyakarta
Malang,
Jawa Timur
Temanggung,Jateng
|
Abad
ke-5 M
Abad
ke-5 M
Abad
ke-5 M
Abad
ke-5 M
Abad
ke-5 M
Abad
ke-5 M
Abad
ke-5 M
Abad
ke-7 M
732
M
760
M
778
M
|
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Mataram
Lama
Mataram
Lama
Mataram
Lama
Mataram
Lama
|
c.
Patung
Wujud patung
Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat karena hewan
tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat untuk
mengabadikan tokoh tertentu dan untuk menggambarkan dewa-dewi. Contoh patung
peninggalan kerajaan Hindu yang terkenal adalah patung Airlangga sedang
menunggang garuda. Dalam patung itu, Airlangga digambarkan sebagai penjelmaan
Dewa Wisnu.
Patung-patung
peninggalan kerajaan Hindu
No
|
Patung
|
Lokasi
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Dwarapala
Wisnu Cibuaya I
Wisnu Cibuaya II
Rajasari
Airlangga
Ken Dedes
Kertanegara
Kertarajasa
|
Bogor, Jawa Barat
Cibuaya,Jawa Barat
Cibuaya, Jawa Barat
Jakarta
Medang kemula
Kediri,Jawa Timur
Jawa Timur
Mojekerto,Jatim
|
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-5 M
Abad ke-10 M
Abad ke-12 M
Abad ke-12 M
Abad ke-13 M
|
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Tarumanegara
Medang Kemulan
Kediri
Singasari
Majapahit
|
d.
Karya Sastra
( Kitab )
Karya sastra
peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab.Kitab-kitab peninggalan
itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra peninggalan sejarah Hindu
ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta pada daun lontar. Karya
sastra yang terkenal antara lain Kitabb Baratayuda dan Kitab Arjunawiwaha.
Kitab Baratayuda dikarang Empu sedah dan Empu Panuluh. Kitab Baratayuda berisi
cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan Kerajaan Kendiri dan
kerajaan Jenggala. Kitab Arjuna wiwaha berisi pengalaman hidup dan keberhasilan
Raja Airlangga.
Daftar
kitab-kitab peninggalan sejarah Hindu di Jawa
No
|
Patung
|
Lokasi
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
2
3
4
5
|
Cerita
Parahayangan
Kresnayana
Arjunawiwaha
Lubdaka
Baratayuda
|
Bogor,
Jawa Barat
Bogor,Jawa
Barat
Kahuripan,Jatim
Kediri,Jatim
Kediri,Jatim
|
Abad
ke-5 M
Abad
ke-5 M
Abad
ke-10 M
Abad
ke-11 M
Abad
ke-11 M
|
Tarumanegara
Tarumanegara
Medang
Kemulan
Kediri
Kediri
|
a.
Peninggalan
Sejarah Bercorak Budha
Agama dan kebudayaan Hindu dan Budha masuk dan
berkembang di wilayah tanah air dalam waktu hampir bersamaan. Ada beberapa kerajaan
yang dipengaruhi baik oleh agama Hindu maupun Budha.Bahkan,ada peninggalan
sejarah yang membuktikan bahwa kedua agama itu hidup secara berdampingan dalam
suatu kerajaan. Kerajaan-kerajaan yang mempunyai ciri baik Hindu maupun Budha,
antara lain Kerajaan Mataram Lama di Jawa Tengah dan Singasari di Jawa Timur.
Peninggalan sejarah Budha dan Hindu hampir sama,yaitu
candi, Prasasti, Patung, dan Kitab.
v Candi
Candi-candi
Budha digunakan sebagai tempat pemujaan. Ciri candi Budha adalah adanya stupa
dan patung sang Budha Gautama. Stupa adalah bangunan dari batu tempat menyimpan
patung Sang Budha.Candi Borobudur merupakan sebuah candi peninggalan Budha yang
besar dan megah.
Bentuk Candi Borobudur itu bertingkat-tngkat. Jumlahnya
ada Sembilan tingkat dan di puncaknya terdapat stupa yang paling besar.Secara
garis besar,bangunan Candi Borobudur terbagi menjadi tiga bagian sebagai;
Bagian pertama (Kamadatu0,terdiri dari tiga tingkatan berbentuk bujursangkar.
Ini merupakan bagian bawah candi yang disebut kaki candi; Bagian kedua
(Rupadatu) terdiri dari tingkatan berbentuk bujursankar, yang merupakan bagian
badan candi; Bagian ketiga ( Arupadatu ) terdiri dari tiga tingkatan berbentuk
bundar melingkar,yang merupakan atap candi. Pada bagian ini diberi stupa induk.
Candi – candi peninggalan agama Budha.
No
|
Nama Candi
|
Lokasi
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Sewu
Plaosan
Mendut
Borobudur
Jago
Sari
Pawon
Tikus
|
Jawa
Tengah
Jawa
Tengah
Jawa
Tengah
Jawa
Tengah
Malang,Jawa
Timur
Jawa
Tengah
Jawa
Tengah
Mojokerto,Jatim
|
Abad
ke-7 M
Abad
ke-7 M
Abad
ke-7 M
770-842
M
Abad
ke-12 M
Abad
ke-13 M
Abad
ke-13 M
Abad
ke-13 M
|
Mataram
Lama
Mataram
Lama
Mataram
Lama
Mataram
Lama
Singasari
Majapahit
Majapahit
Majapahit
|
v Prasasti
Di
Jawa juga ada prasasti bercorak budha yang menerangkan keberadaan Mataram Lama,
di antaranya prasasti Balitung di kedu, Prasasti kalasan,dan prasasti Karang
Tengah.
v Patung
Patung
yang bercorak Budha biasanya berupa arca Sang Budha Gautama. Arca Sang Budha
Gautama pertama kali ditemukan di Sikendeng,Sulawesi selatan.Berikut ini daftar
patung atau arca peninggalan sejarah Budha.
No
|
Nama Patung
|
Lokasi
|
Dibuat
|
Peninggalan
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Patung Budha
Arca Bhumisparsa Mudra
Arca Dhyana Mudra
Arca Abhaya Mudra
Arca Vitarka Mudra
Dharmacakra Mudra
Arca Vara Mudra
|
Sikendeng
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
|
Abad ke-2 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
Mataram Lama
|
v Karaya Sastra
Ada
beberapa karya sastra peninggalan sejarah yang bercorak Budha. Salah satu karya
sastra bercorak Budha yang terkenal adalah Kitab Sutasoma. Kitab ini dikarang
oleh Mpu Tantular. Kitab Sutasoma menceritakan kisah Raden Sutasoma. Kisah ini mengajarkan
pengorbanan dan belas kasih yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai
kesempurnaan tertinggi. Salah satu ungkapan yang terkenal dari kitab Sutasoma
adalah “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”.
Berikut
ini daftar karya sastra atau kitab-kitab peninggalan sejarah yang bercorak
Budha.
No
|
Kitab
|
Lokasi
|
Dibuat
|
Peninggalan
|
1
2
3
4
5
|
Negara
Kertagama
Sutasoma
Pararaton
Ranggalawe
Arjunawiwaha
|
Jawa
Timur
Jawa
timur
Jawa
timur
Jawa
Timur
Jawa
Timur
|
Abad
ke-13 M
Abad
ke-13 M
Abad
ke-13 M
Abad
ke-13 M
Abad
ke-13 M
|
Majapahit
Majapahit
Majapahit
Majapahit
Majapahit
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpula
Agama Hindu Budha berasal dari
India, kemudian menyebar ke Asia Timur. Asia Tenggara termasuk pulau Jawa. Proses penyebaran di lakukan
oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke
Asia termasuk Jawa melalui jalur dagang. Proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan
Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut
dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke
Indonesia. Khususnya di pulau Jawa,sekitar abad
ke-5 M. Pada tahun 423 Biksu Gunawarman datang ke Jawa untuk menyebarluaskan
ajaran Budha
Hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya
proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Jawa. Beberapa hipotesis menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu -
Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh
proses perdagangan. Dengan adanya kontak dagang antara Jawa dengan India, maka mengakibatkan
adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan
baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri.
Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu Budha
ke pulau Jawa membawa perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat pulau Jawa.
Pengaruh Hindu Budha tersebut mengantarkan wilayah Nusantara memasuki zaman
sejarah dengan ditemukannya prasasti memakai huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Hal-hal yang baru sebagai hasil campuran antara unsur-unsur Hindu
Budha dengan unsur sebelumnya dilihat dari hasil kebudayaan seperti seni
bangunan Candi, Prasasti, Arca/Patung, Seni Sastra dan Tradisi Agama.
Sistem kepercayaan yang
berkembang di Jawa sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Jawa adalah kepercayaan yang
berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke
Jawa, masyarakat mulai
menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Jawa sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme,
atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme.
Masyarakat
pulau Jawa dahulu tidak mengenal system kerajaan. System pemerintahan yang ada
pada waktu itu adalah pemerintahan desa yang dipimpin oleh kepala suku.
Kedudukan sebagai kepala suku tidak di-wariskan secara turun-temurun. Karena
pengaruh agama Hindu, sistem pemerintahan desa diganti kerajaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Simon
Adams.Edisi Revisi 2007.Sejarah Dunia
Dari Mesir Kuno Hingga Tsunami Asia.Penerbi Erlangga.
Endang
Susilaningsih,Linda S,Limbong.Tahun
2008.ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 5. Penerbit
Aneka Ilmu.
Mastur,Widiarso
Wiyono,Slamet,.Tahun 2007.ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 5. Semarang.Penerbit Aneka Ilmu.
Sartono Kartodirdjo. 1999. Pengantar
Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Penerbit : PT.Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta.
Amrin Imran.Saleh
A.Djamhari. 1998. Sejarah Nasional dan Umum. Dicetak oleh : PT.Balai
Pustaka ( Persero)
Internet:
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusTshirt Dakwah Quote
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Punya Pasangan Sempurna Nggak Indah Kelihatannya